RESTORAN CIKWO - BANDAR LAMPUNG : Melestarikan Warisan Kuliner Lampung




Terletak di Jalan Nusa Indah III No. 01, Bandar Lampung, Restoran Cikwo menghadirkan aneka ragam masakan khas Lampung. Namun, bagi pelanggan yang ingin masakan nasional dan internasional juga disediakan sebagai pilihan. Restoran ini baru dibuka Februari 2015. Awalnya, menurut cerita Isna Adianti, pemilik restoran ini, ia yang asli Lampung sering merasa kesulitan mencari masakan khas Lampung di Bandar Lampung. Kalau ingin merasakan masakan asli itu, ia harus pulang ke kampungnya dulu di Tanjung Karang.

Sebagai orang Lampung, kadang Isna merasa malu jika ada teman dari daerah lain yang datang ke kotanya, ingin merasakan masakan khas Lampung tapi susah mendapatkannya. Ia pun merasa tertantang untuk membuka restoran yang menyajikan masakan khas Lampung. Selain itu, ia juga menganggap usaha ini sebagai amanah. Berharap dengan langkahnya ini ia mampu melestarikan warisan kuliner Lampung. Beruntung, ibu tiga orang anak ini memiliki saudara yang pintar memasak berbagai masakan khas Lampung terutama wilayah pesisir yang kaya dengan hasil lautnya. Kebetulan, Isna memang lahir dan besar di kawasan pesisir, sehingga kenal banyak dengan masakan ikan. Cikwo, dipilihnya sebagai nama restoran untuk menambah kental suasana tradisional Lampung. Cikwo adalah panggilan kakak perempuan tertua di sebuah keluarga. Dan kebetulan, Isna dipanggil Cikwo di keluarganya.


Di restorannya ini, Isna memiliki dua menu andalan yakni gulai taboh tapa semalam dan pandap. Gulai taboh merupakan masakan bersantan dengan isian beragam, mulai dari ikan, ayam, udang, kacang-kacangan, kacang merah, dan buah melinjo. Aneka isian dalam gulai taboh juga bisa divariasikan dengan aneka sayuran lainnya. Gulai taboh ini menjadi menu wajib dalam setiap upacara-upacara adat masyarakat Lampung. Masakan berikutnya yang bernama pandap, dijelaskan Isna sebagai masakan tradisional Krui. Menurut cerita beberapa warga, masakan ini konon sudah ada sejak abad ke-delapan belas yang merupakan makanan yang disajikan saat perhelatan atau pesta masyarakat Pesisir Barat. Pandap terdiri dari parutan kelapa dan diberi racikan bumbu rempah dan potongan ikan yang dibungkus dengan gulungan daun talas muda. Kemudian dibungkus daun pisang, diikat dengan tali serat rami lalu direbus.


Menurut Isna, secara garis besar, Lampung terdiri dari dua wilayah, yakni wilayah perbukitan atau biasa disebut Menggala dan wilayah pesisir yang disebut Peminggir. Untuk mewakili wilayah Menggala ia menghadirkan makanan tradisional bernama seruit. Masakan ini terbuat dari ikan air tawar dibakar, dipindang, atau dipepes. Kemudian daging ikan dicampur dengan sambal terasi atau tempoyak lalu ditambah terung bakar atau rebus. Diaduk semuanya jadi satu lalu dimakan dengan nasi dan lalapan. Harga masakan di Cikwo yang buka dari jam 08.00 sampai 22.00 WIB ini mulai dari Rp 6000 sampai Rp 37.00. Harga itu sudah termasuk paket nasi dan sambal. Untuk minuman, ada minuman khas yaitu serbat kueni. Kalau agak berat usai makan yang bersantan, minuman yang terdiri dari serutan mangga kueni dan gula aren ini cukup menyegarkan. Minuman ini bisa dihidangkan hangat dengan ditambah jahe atau dingin menggunakan es.

CIKWO
Jl. Nusa Indah No.1, Teluk Betung Utara,
Kota Bandar Lampung, Lampung 35213

0812-7327-6777


PINDANG MARANJAT RIU - BANDAR LAMPUNG : Pindang Kepala Ikan Simba & Ikan Baung Yang Menjadi Favorit




Pindang merupakan makanan khas Sumatera yang banyak ditemui, termasuk di daerah Bandar Lampung. Restoran yang kini memiliki lima cabang yang tersebar di Bandar Lampung ini menghadirkan pindang khas dari daerah Meranjat, perbatasan Lampung dan Palembang. Pindang adalah masakan berkuah asam pedas berisikan ikan atau daging. Khusus untuk pindang Meranjat, biasanya digunakan ikan laut atau ikan air tawar seperti ikan patin atau ikan sungai yang disebut baung oleh warga lokal.

Di restoran ini, pindang yang menjadi favorit pelanggan adalah pindang kepala ikan simba dan ikan baung. Untuk dapat merasakan keunikan pindang ini, ada baiknya datang sebelum jam makan siang agar tidak kehabisan. Ikan baung yang menyerupai lele ini memiliki daging berwarna putih dan bertekstur lembut, cukup tebal dan tidak banyak duri. Tak heran jika ikan ini menjadi favorit. Karena hidup liar di sungai dan rawa, daging ikan baung terkadang beraroma lumpur yang khas. Namun ketika sudah dimasak, bau lumpur ikan baung tertutup dengan banyaknya rempah dan bumbu yang digunakan. Keunikan lain pindang Meranjat adalah dicampurkannya potongan-potongan nanas, sehingga kuah pindang semakin segar.


Masakan pindang yang istimewa lainnya adalah pindang Meranjat kepala ikan simba. Ikan simba yang digunakan berukuran jumbo, bahkan kepala ikan yang digunakan beratnya bisa mencapai 2 kilogram. Ikan simba atau biasa dikenal ikan kuwe ini banyak ditemukan di lepas pantai Bandar Lampung dan sekitarnya. Untuk dapat merasakan pindang ini, pelanggan cukup membayar Rp 75.000. Terbilang murah untuk seporsi pindang kepala ikan simba yang lezat. Setiap hari, Rumah Makan Pindang Meranjat Riu bisa menghabiskan 150 porsi pindang ikan baung dan 10 sampai 15 porsi pindang kepala ikan simba.


Selain pindang, restoran ini juga menyajikan makanan lain yang tak kalah nikmat, seperti ikan seluang goreng. Berbentuk seperti ikan teri, seluang juga menjadi favorit pelanggan. Ikan ini hidup liar di sungai sehingga agak susah ditangkap, terlebih pada saat musim hujan. Jadi menu ini tidak tersedia setiap hari. Buka jam 09.00 hingga 21.00 WIB, beragam menu makanan dan minuman yang disajikan di restoran ini dibanderol Rp 15.000 sampai Rp 75.000. Menu pindang kepala ikan simba memang yang termahal, selain berukuran besar, untuk mendapatkannya juga harus berebutan di pasar. Ikan simba ini bisa dibilang ikan favorit di Sumatera.

GULE KEPALA IKAN MAS AGUS-SOLO : Dengan Rasa Yang Ringan Seperti Tengkleng




Pasangan Agus Hermanto dan Liesmia Harmanto memang sudah cukup lama menekuni dunia bisnis. Sayangnya, perjalanan bisnis mereka selalu mendapat hambatan dan berjalan tak lancar. Saat mendirikan bisnis kuliner Gule Kepala Ikan Kakap Mas Agus tahun 2009, mereka pun sudah paham bakal mendapat banyak tantangan. Liesmia, yang akrab dipanggil Mbak Lies, menceritakan pengalaman panjang bisnisnya hingga kini bisa sukses menjadi salah satu wisata kuliner yang wajib dikunjungi saat bertandang ke Solo. Awalnya, ia dan suaminya, Agus tengah melakukan perjalanan ke luar kota dan menemukan menu gulai kepala ikan. Mereka saat itu langsung optimis dan punya feeling kuat bahwa bisnis ini akan bisa jalan. Mereka pun kemudian memodifikasi gulai kepala ikan sesuai dengan lidah orang Solo, agar lebih diterima.

Setelah melakukan trial dan error berkali-kali, barulah mereka menemukan resep gulai kepala ikan yang pas. Mereka memang menginginkan gulai kepala ikan yang punya cita rasa berbeda. Lies dan suaminya lalu membuka warung dengan nama sang suami sebagai merek dagang, yaitu Gule Kepala Ikan Mas Agus. Lokasinya tepat di kawasan Kabangan, depan gedung bioskop Galaxy, Solo. Di bantu tiga karyawan, Lies dan suaminya mulai mengenalkan kuliner gulai kepala ikan dengan bahan baku ikan nila, kepada warga Solo dengan harga yang terjangkau. Omzet pertama mereka saat itu hanya Rp 187.000. Warung pun juga masih kecil. Lies juga merangkap tugas berbelanja, menjadi kasir, dan ikut melayani pelanggan. Sedangkan Agus bagian cuci piring dan mencuci ikan. Dulu, banyak yang meragukan gulai ikan mereka, karena jika belum mencicipi dan merasakan, memang pasti bingung, melihat tulang ikan yang dianggap sampah malah dijual. Tapi mereka optimis saja, dan ternyata bulan berikutnya kursi yang disediakan sudah tak cukup lagi menampung pelanggan. Banyak yang terpaksa harur mengantre.

Lies awalnya hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut atau gethok tular saja. Jadi benar-benar tradisional. Belakangan, setelah mereka memakai sistem baru, mereka pun membuat promosi dalam bentuk lain seperti brosur dan mulai dikenal media. Bercita-cita agar bisnisnya besar, Lies dan suaminya pun terus mengembangkan bisnis kuliner ini. Menu gulai kepala ikan yang mereka tawarkan memang berbeda dengan gulai kepala ikan Padang yang santannya kental. Milik mereka malah menggunakan sedikit santan. Jadi rasanya ringan seperti tengkleng. Buat lidah orang Solo ini sangat pas. Selain itu, mereka juga menawarkan menu tom yam ala Indonesia yang juga sudah disesuaikan rasanya agar bisa diterima. Dan ternyata, perkiraan mereka pun benar. Respons positif banyak mereka terima dan hingga kini menjadi ciri khas menu gulai ikan olahan mereka.

Lies menceritakan, setelah tiga bulan berbisnis, ada yang mengajak bermitra. Mereka pun kemudian membuka 4 cabang di Solo. Menu yang tadinya hanya dua juga mereka kembangkan hingga belasan dengan bahan baku yang berbeda. Namun brand utamanya tetap gulai kepala ikan dan tom yam. Hanya bahan bakunya saja yang tidak hanya ikan tetapi juga udang, cumi, serimping, kerang, bahkan dulu juga ada ikan patin, dan masih banyak lagi. Soal harga pun cukup terjangkau dan bisa dinikmati berbagai kalangan. Harganya bervariasi mulai dari Rp 11.000. Dengan menu yang banyak, tentu pengunjung bisa menyesuaikan dengan pilihannya.

Kini dengan dibantu 30 karyawan, warung Gule Kepala Ikan Mas Agus yang berpusat di Jalan Honggowongso, Solo, ini beroperasi mulai pukul 10 pagi hingga 21.30 malam. Hingga saat ini, Lies masih terus berusaha mengembangkan bisnisnya. Sekarang cabang terjauh ada di Denpasar. Keinginannya, nantinya di setiap kabupaten ada cabang yang buka dan menawarkan menu istimewa ini. Ia dan sang suami pun masih membuka kesempatan bagi yang ingin bermitra dan berbisnis kuliner Gule Kepala Ikan Mas Agus.

GULAI KEPALA IKAN PAK UNTUNG - SEMARANG : Dimasak Dengan Beragam Rempah




Sebelumnya, Pak Untung pernah bekerja lama sebagai seorang bankir. Jenuh dengan rutinitas pekerjaannya sebagai bankir, ia pun banting setir dan memilih menjadi pengusaha kuliner. Tahun 2009, ia membuka warung makan gulai kepala ikan dengan nama Gulai Kepala Ikan Pak Untung. Dan ternyata pilihannya tidak keliru. Sejak berdiri, Gulai Kepala Ikan Pak Untung berkembang pesat. Tempatnya pun kini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata kuliner favorit di Semarang, Jawa Tengah. Awalnya, Pak Untung memulai bisnis ini dengan modal Rp 10 juta. Ia dibantu empat karyawan dan mulai berjualan di kawasan Jalan Siwalan dengan membuka warung di sebuah ruangan berukuran 4x8 meter. Ukurannya memang masih sempit dan sangat terbatas. Dulu ia pun juga masih memakai tenda yang diletakkan di pinggir jalan. Jadi memang masih berkonsep pedagang kaki lima.

Pak Untung mengaku memilih gulai kepala ikan, khususnya gulai kepala ikan nila, sebagai bahan utama karena saat itu harga ikan nila masih murah. Satu porsi gulai kepala ikan nila dipatok dengan harga mulai Rp 8000 sampai Rp 10.000. Dan sekarang juga ada gulai kepala ikan kakap yang harga seporsinya sekitar Rp 11.000 sampai Rp 40.000. Menu andalan warung makan Gulai Kepala Ikan Pak Untung tentu saja gulai kepala ikan yang dimasak dengan aneka campuran rempah. Rasanya mantap dan segar, tanpa aroma amis. Istimewanya lagi, Gulai Kepala Ikan Pak Untung disajikan dengan taburan daun konorkeling, cabai utuh, serta daun jeruk yang membuat cita rasanya makin kaya. Tak heran jika warung makan yang buka sejak pukul 10.00 pagi hingga 21.00 malam ini tak pernah sepi dari pengunjung.

Pak Untung pun terus berinovasi mengembangkan menu yang ada. Kini, ia tak hanya menawarkan menu gulai kepala ikan, tetapi juga berbagai menu pelengkap lain seperti sup ikan, fillet daging ikan, belly nila goreng, hingga sup iga. Jumlah menu yang ditawarkan kini hampir 50 macam. Dalam menjalankan bisnis, kini Pak Untung dibantu 20 karyawan. Hasilnya, omzet Gulai Kepala Ikan Pak Untung pun terus naik. Ia dan keluarganya kemudian membuka beberapa cabang di kota besar, seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo, hingga Jakarta.

Menurut Pak Untung, gulai kepala ikan racikannya sengaja ia sajikan berbeda dari gulai kelapa ikan lain yang juga banyak dijual. Bedanya, selain bumbunya, kuahnya pun lebih ringan. Ikan yang ditawarkan juga beragam, mulai ikan nila, salmon, hingga kakap. Selain itu, Gulai Kepala Ikan Pak Untung juga menawarkan menu pelengkap favorit lain yakni telur ikan goreng yang diberi nama Torpedo. Satu lagi menu baru yang disukai adalah wakame, sejenis rumput laut yang jadi pilihan pendamping makan. Ditambahkan pria yang memang hobi masak ini, selain bumbu yang pas, ia juga punya komitmen melayani pelanggan secara langsung. Sampai saat ini, Pak Untung masih turun langsung ke dapur dan melayani pelanggan. Ini semata agar pelanggannya puas dan mendapatkan pelayanan personal. Dari sini, pria kelahiran Semarang, Maret 1971 ini pun bisa mendapat masukan atau permintaan langsung dari pelanggan, yang tentu saja bagus untuk kemajuan bisnisnya.

Selain bisa merasakan nikmatnya gulai kepala ikan olahan Pak Untung, pelanggan juga bisa mendapatkan sambal kaplok ala Pak Untung yang bisa dibawa pulang. Sambal ini sama seperti yang ada di warung. Sambal yang dikemas botolan ini sengaja dinamakan sambal kaplok karena rasa pedasnya yang nampol. Ditawarkan dengan harga Rp 20.000. Selain itu, tersedia pula tepung bumbu dengan harga Rp 15.000 dan kulit ikan siap goreng. Semua ini adalah atas permintaan pelanggan yang memang diminati. Banyak yang menjadikannya oleh-oleh juga.


GULAI KEPALA IKAN PAK UNTUNG


Jl. Siwalan No. 1, Semarang, Jawa Tengah 50162, Indonesia

+62 816-655-481



MOST RECENT