BUBUR KAMPIUN IBU GUSNI - RESTORAN AIE BADARUN, PADANG PANJANG : Gurih Dan Tanpa Pemanis Buatan




Sudah sejak tahun 1995 Gusni berjualan bubur kampiun. Ia mengawali pekerjaannya sebagai penjual bubur di pasar Padang Panjang. Kala itu ia menyewa tempat di sebuah swalayan yang ada di pasar. Saat Ramadhan, perempuan berbadan subur ini juga berjualan bubur dan sambal di pusat jajan yang dibuka menjelang buka puasa di pasar. Setelah usahanya makin maju, pada tahun 2003 ia membuka restoran padang Aie Badarun di pinggir jalan raya Padang Panjang-Bukittinggi Km 6 dan sambil tetap berjualan bubur kampiun, hingga sekarang. Deretan jenis bubur bisa anda temukan di sebelah kanan pintu masuk restoran. Bubur kampiun yang dipelajari Gusni dari ibunya ini terdiri dari kolak pisang, kolak ubi, kolak labu kuning, bubur ketan hitam, bubur delima, dan bubur candil. Semuanya dicampur dan dituangi santan serta gula anau atau gula aren cair.

Bubur buatannya memang tidak menggunakan pemanis buatan, tapi menggunakan gula aren murni. Santannya pun diperas dengan tangan, bukan dengan mesin sehingga rasanya lebih gurih. Pembeli juga bisa memesan hanya satu macam bubur saja. Selain itu, ada pula nasi tuai atau ketan yang disiram dengan kuah serabi. Lantaran tak menggunakan pengawet, bubur kampiun yang dibuat pada pagi hari hanya bisa bertahan sampai malam. Kalau tidak habis, bubur akan dibuang atau dibagikan ke anak yatim yang ada di sekitar restoran. Bubur kampiun biasanya disantap pagi hari. Namun, siang hari pun banyak peminatnya, tak jarang sambil ditambahkan es batu agar terasa lebih segar. Pukul 10.00-14.00, bubur yang dijual masih panas di bagian bawahnya karena tidak diaduk.


Rasa gurih dan manisnya yang pas membuat banyak orang kembali lagi untuk mencicipi bubur kampiun. Bahkan, para perantau pun tak jarang menyempatkan diri mampir ke restoran milik Gusni ini untuk merasakan kembali lezatnya bubur kampiun buatannya. Pelanggan dari luar daerah juga cukup banyak yang datang, terutama dari Jakarta. Karena di Jakarta, bertemu bubur kampiun biasanya hanya pada saat bulan puasa. Sementara di restorannya, disediakan tiap hari. Gubernur, Kapolda, pejabat, dan artis pun sering menyantap bubur kampiun di sini. Pada hari biasa, Gusni yang berjualan di bantu anaknya, menghabiskan 500 mangkuk bubur, sedangkan pada akhir pekan bisa sampai 750 mangkuk. Satu porsi harganya Rp 10.000. Selain berjualan di restorannya, Gusni juga kerap menerima pesanan untuk acara rapat atau pesta seperti pernikahan.

TEH KAWA DAUN - PADANG PANJANG : Teh Dari Daun Kopi




Bila anda lelah setelah menempuh perjalanan jauh melintasi wilayah Sumatera Barat, berhentilah sejenak di warung Teh Kawa Daun yang berada di pinggir jalan raya Padang Panjang. Suasana sejuk dan dingin langsung terasa ketika menjejakkan kaki di tempat yang terletak di dataran tinggi ini. Teh kawa daun sendiri berarti teh daun kopi. Ya, daun kopi di sini memang dibuat menjadi minuman teh. Jangan membayangkan rasanya seperti minuman kopi, karena sama sekali tidak ada aroma kopi saat diminum. Rasanya lebih mirip teh, dengan warna cokelat pekat dan encer. Menariknya, minuman teh kawa daun yang aslinya berasal dari Batu Sangkar ini disajikan dalam mangkuk batok kelapa yang telah dibelah dua.

Di bagian bawah batok diberi penyangga berupa potongan bambu berbentuk silinder, agar batok bisa seimbang dan minuman di dalamnya tidak tumpah. Ketika anda memesan, dalam waktu singkat teh langsung disajikan di depan anda dalam keadaan panas karena langsung diambilkan dari dalam panci yang airnya selalu mendidih. Anda bisa meminta tambahan susu, telur, atau sekedar teh saja tanpa campuran. Sebagai pelengkap, anda bisa memesan lemang plus tape ketan hitam atau lemang plus durian agar lebih nikmat. Di warung ini, tersedia pula buah durian utuh yang bisa disantap untuk menemani teh. Durian di sini sengaja dipilih yang berasal dari Gunung Rajo yang terkenal enaknya. Kalau rasanya tidak manis atau masih muda, anda boleh minta tukar. Sambil menunggu pesanan datang, anda pun bisa mengamati pembakaran lemang di samping tempat lesehan.


Warung milik Pangeran Sardi ini berdiri tahun 2011. Teh kawa daun merupakan minuman zaman dulu yang sekarang sudah mulai dilupakan orang. Setelah dicoba dijual kembali, ternyata responsnya bagus. Kawa Daun berarti daun kopi. Daunnya dikeringkan di atas bara api. Pengeringannya tergantung kemauan, bisa sehari atau setengah hari. Setelah itu, daun yang sudah kering direbus sehingga menjadi teh dan air teh disaring sebelum disajikan di mangkuk batok kelapa. Untuk membuat teh telur, telur bebek dikocok terlebih dulu. Setelah itu, teh dimasukkan ke dalam kocokan telur. Sedangkan membuat teh susu, susu kental manis berwarna putih dituang lebih dulu, setelah itu dicampur teh dan diaduk. Pemakaian batok kelapa sebagai tempat minum, merupakan tradisi lama yang kini mulai dilupakan di masyarakat Minang dan sekarang mulai dibangkitkan lagi. Dulu, banyak orang minum teh kawa daun ini karena dipercaya berkhasiat menurunkan kolesterol dan gula darah.


Kalau sedang ramai, dalam sehari warung ini bisa menghabiskan 100 bambu berisi lemang dan teh kawa daun sebanyak 200-300 batok kelapa. Harga lemang tergantung besar-kecilnya bambu, antara Rp 25.000-Rp 45.000. Selain lemang biasa, ada pula lemang isi pisang. Sementara, untuk teh orisinal harganya Rp 3000, teh susu Rp 5000, dan teh telur Rp 8000. Pengunjung banyak yang memesan teh telur karena penasaran ingin mencoba.  

MOST RECENT