NASI KAPAU UNI LIS - BUKITTINGGI : Menu Usus Tambusu Yang Menjadi Andalan




Di Bukittinggi, Sumatera Barat, mencicipi hidangan nasi Kapau menjadi menu wajib bagi para wisatawan. Salah satu yang terkenal adalah nasi Kapau Uni Lis. Warung nasi Kapau ini terletak di Los Lambung Pasar Atas (Ateuh), tak jauh dari landmark Jam Gadang, Bukittinggi. Di sana, deretan penjual nasi Kapau siap memanjakan perut anda. Barisan baskom berisi lauk pauk beraneka ragam yang berjumlah belasan tersusun rapi di meja bertingkat.

Dengan dibantu tiga orang saudaranya, Zarniati atau yang biasa disapa Uni Zar, yang kini mengelola warung Nasi Kapau Uni Lis, selalu siap melayani pelanggan dengan senyuman yang ramah. Tangannya selalu siap dengan centong kayu panjang untuk mengambil beberapa lauk yang akan langsung dicampur dengan nasi. Uni Zar merupakan generasi ketiga pengelola warung makan ini. Ia adalah cucu dari Uni Lis yang sudah meninggal. Sebelum berjualan di Los Lambung, Uni Lis berjualan nasi Kapau di Pasar Lereng. Baru pada tahun 1989, pindah ke lokasi yang sekarang.


Uni Zar dan keluarga Uni Lis memang berasal dari daerah Nagari Kapau, Kecamatan Kilatan Kamang, Kabupaten Agam, tempat asal nasi Kapau. Mereka meneruskan tradisi berdagang nasi, karena rata-rata warga di sana memang berjualan nasi. Untuk bisa sampai ke Bukittinggi, dari Kapau dibutuhkan waktu kira-kira 40 menit. Seperti tradisi berdagang nasi yang sudah turun temurun, begitu pula dengan bumbu yang diresepkan. Mereka sudah tahu semua bumbu yang dipakai dan takarannya, karena sedari kecil sudah ikut membantu memasak. Untuk lauk, dipilih yang banyak disukai pelanggan dan cepat habis, seperti usus tambusu dan kikil. Ada pula yang menyukai dendeng, rendang ayam, rendang bebek, gulai tunjang, gulai cancang, pangek ikan, dan lain-lain.

Menu usus tambusu yang ditawarkan warung Nasi Kapau Uni Lis memang istimewa. Usus tambusu merupakan usus yang diisi adonan tahu dan telor. Uni Zar menjelaskan, perbedaan antara nasi Kapau dengan nasi Padang sebenarnya hanya terletak dalam penyajiannya. Kalau nasi Kapau semuanya disajikan dalam piring bercampur, beda dengan nasi Padang yang terhidang terpisah dengan lauk-lauknya. Nasi Kapau pasti juga dilengkapi sayuran seperti nangka, kol, dan kacang panjang yang disiram kuah gulai.


Warung Nasi Kapau Uni Lis tidak pernah membuka cabang di tempat lain. Jadi kalau ada yang ingin menikmati, memang harus datang ke warung yang hanya ada satu-satunya ini. Warung ini buka sejak pagi pukul 07.00 sampai pukul 17.30 WIB saja. Setiap hari, sejak pukul 04.00 pagi, Uni Zar sudah bangun dan memasak belasan jenis lauk yang akan dijual di Pasar Atas. Jam 6 biasanya semua masakan sudah siap. Warungnya tidak pernah libur, kecuali hari Lebaran. Soal harga, seporsi Nasi Kapau dengan satu jenis lauk dihargai Rp 25.000 saja. Harga ini jarang naik. Kalau pun harus naik, itu karena harga sembako yang mahal. Jadi semuanya memang disesuaikan dengan kondisi.

NASI KAPAU UNI CAH - BUKITTINGGI : Digemari Wisatawan Mancanegara Sampai Presiden




Sesuai nama rumah makannya, pemiliknya memang bernama Uni Cah. Di rumah makan dari perempuan yang mempunyai empat anak ini, anda bisa menyantap beragam menu khas Kapau. Menu rumah makan maupun kedai nasi Kapau sedikit berbeda dari rumah makan Padang, baik secara proses maupun penyajiannya. Rumah makan Padang dan kedai nasi Kapau memiliki menu khas seperti gulai sayur nangka yang biasanya terdiri dari nangka muda, kol, dan rebung. Menariknya, di rumah makan Padang, sayuran ini dipotong kecil-kecil, sementara pada menu nasi Kapau, sayuran disajikan utuh. Kol, misalnya, disajikan selembar utuh, sementara kacang panjang hanya dibagi 2-3 potong per lonjor. Menu lain yang menjadi ciri khas nasi Kapau adalah gulai usus sapi yang berisi campuran tahu dan telur ayam yang sudah dihaluskan. Selain itu perbedaan juga terletak pada bumbu. Bumbu di rumah makan Padang umumnya ditumis, sementara di rumah makan Kapau tak ada yang ditumis.

Uni Cah yang memiliki nama asli Nafsah, mulanya berjualan nasi Kapau secara kaki lima di Pasar Aur Kuning, Bukittinggi, pada 1981. Saat itu, karena keterbatasan modal, kedainya tak menyediakan meja makan. Seperti khas nasi Kapau pada umumnya, setiap menu diletakkan di baskom-baskom besar yang ditata secara berundak di depan penjual. Ketika pembeli memesan, penjual akan mengambil lauk-pauk dengan sendok sayur bergagang kayu panjang, sehingga bisa menjangkau lauk yang letaknya agak jauh dari jangkauan tangan. Para pembeli biasanya bersantap di depan atau samping menu yang ditata tersebut dengan menggunakan tangan.


Dibantu anak-anak dan suaminya, Uni Cah belajar memasak secara otodidak. Ia memilih memasak menu sedikit demi sedikit, sehingga pembeli selalu mendapatkan masakan yang baru setiap hari. Rasa masakannya yang lezat di lidah membuat kedainya selalu laris didatangi banyak pengunjung, termasuk dari luar kota. Maklum, Pasar Aur Kuning sehari-harinya menjadi pusat grosir busana seperti Tanah Abang di Jakarta. Tak sedikit pula petani yang sedang menjual hasil buminya di sana menjadi pelanggan Uni Cah.

Nama Uni Cah terkenal berkat promosi dari mulut ke mulut. Tak heran, meski hanya berupa warung tenda di kaki lima, pegawainya mencapai 15 orang. Usahanya pun makin meningkat sehingga pada 2012 ia bisa memindahkan usahanya ke sebuah ruko yang dikontraknya di Pasar Aur Kuning. Namun, lantaran ruko itu akhirnya dijual pemiliknya, tiga tahun kemudian seiring pertumbuhan usahanya, Uni Cah memindahkan usahanya ke sebuah rumah makan yang cukup luas di Jalan Padang Luar Km 4, Bukittinggi. Kala itu, jalanan di sana masih sepi dilalui orang.


Namun, menu nasi Kapaunya tetap diburu pelanggan sehingga makin lama usahanya makin maju dan bertahan hingga sekarang. Yang terkenal dari masakannya adalah rendang ayam, gulai tunjang, dan usus. Uni Cah juga menyediakan menu ikan bertelur. Di antara bumbu rendang yang lezat dan berwarna gelap, terselip pula dakak-dakak alias potongan singkong berukuran kecil yang membuat rendang terasa renyah. Sejak awal hingga sekarang, Uni Cah berbelanja dan memilih sendiri bahan bakunya agar kualitas tetap terjaga. Ia juga membuat bumbu dan memasak sendiri. Pagi pukul 09.00-22.00, rumah makannya siap melayani pembeli.

Uni Cah tak menyangka, setahun setelah pindah ke lokasi yang sekarang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang bersantap ke tempatnya bersama rombongan. Selain Presiden, ada juga menteri-menteri serta wisatawan mancangera. Kalau ada artis yang sedang konser di Padang pun, biasanya juga kerap mampir makan di tempatnya. Tak jarang pula Uni Cah mendapat pesanan untuk acara kenduri atau pernikahan. Sehari-hari, ia dibantu dua anaknya mengelola rumah makan yang tak membuka cabang ini.


Diakuinya, harga menu di rumah makannya lebih mahal dibanding tempat lain. Tapi Uni Cah menawarkan ukuran ikan yang lebih besar, juga dengan irisan lauknya. Kalau diramaskan atau dicampur langsung di piring, sayurnya diberi gratis. Harga menu di rumah makan Uni Cah paling murah sekitar Rp 35.000, yaitu tunjang atau ayam, sedangkan ikan bakar bisa mencapai Rp 60.000 per ekor. Kalau sedang libur panjang atau Lebaran, rumah makannya tak pernah sepi pengunjung, termasuk dari berbagai kota seperti Medan, Jambi, Jakarta, dan Pekanbaru.










CHAI KWE SIAM : Penganan Khas Pontianak Ala Negeri Tiongkok




Terletak di Jalan Siam, chai kwe milik Ahin lebih dikenal dengan sebutan Chai Kwe Siam. Penganan asal Tiongkok ini biasa juga disebut choi pan. Mungkin bagi sebagian orang, makanan ringan ini sedikit asing di telinga dan sekilas terdengar mirip dengan kue bernama cha kwe sebelum melihat langsung bentuknya.

Buka setiap hari, Chai Kwe Ahin menawarkan dua jensi chai kwe yakni chai kwe goreng dan chai kwe kukus. Ahin juga memiliki beragam menu lain seperti siomay dan es krim. Setiap hari, tempat ini selalu diramaikan pengunjung dari berbagai kalangan dan usia. Selain tempatnya nyaman untuk duduk-duduk menghabiskan waktu, makanan yang disajikan di sini juga enak dan halal.


Menurut Ahin, chai kwe adalah penganan rumahan. Kue ini juga mudah ditemui kapan saja, tanpa mengenal musim. Tak heran jika pembuatan dan isinya selalu sederhana. Pembuatan makanan ini dimulai dengan menyiapkan adonan kulit untuk diisi kucai, kacang hijau tanpa kulit atau bengkoang.

Untuk chai kwe goreng, bentuknya bulat dengan warna kecokelatan pada kedua sisinya. Proses penggorengan sebenarnya lebih mirip ditumis karena tidak menggunakan banyak minyak. Sehingga kulit cha kwe tidak terlalu garing dan kulit pembungkusnya tetap kenyal. Rasa gurih kue ini muncul dari baluran minyak bawang putih berlimpah di setiap potongnya. Untuk pelanggannya, Ahin menyiapkan dua jenis sambal sebagai pilihan, juga kecap asin dan minyak wijen. Harga chai kwe di tempat Ahin cukup bersahabat, mulai Rp 1000-Rp 1.500.



MOST RECENT